Senin, 04 Juni 2012

Siapa yang Salah Sekarang?

Entah siapa yang mesti disalahkan sekarang, entah itu orang-orang sekeliling, atau memang nasib yang menghadirkan penderitaan batin yang cukup parah...terlalu berat beban ini, terlalu sulit Ujian-Mu ini tuk dijalani,  hingga rasa menyerah itu mulai menghampiri batin ini...mulai tak sanggup dengan semua "kesakitan" ini.. mulai tak kuat menjalani hidup dengan hinaan.. sampai kapan ujian ini harus kujalani? tak nampak sedikitpun pencerahan tuk menyelesaikan persoalan ini...Lelah... Lelah... Gin capek Ya Allah....Gin ingin Istirahat dari semua ini.....

Minggu, 03 Juni 2012

Ilmu Baru Lagi

Akhirnya...malem ini dapet ilmu baru lagi buat mempercantik Blog....entah mengapa akhir-akhir ini gin lagi suka banget ngotak-ngatik blog ini....gin tertarik banget untuk mendesain Blog...Semoga ilmu ini bisa gin tuangkan ke dalam sebuah Buku...Amin.

Sepertinya waktu dah menunjukkan pukul 00.05 WIB, mata dah mulai ngantuk....dan batuk ini dah mulai mengganggu konsentrasi gin...okelah kalo begitu...bobok yuuuukksss...

http://matcuoi.com

Jumat, 01 Juni 2012

Masih Melek Neh!!!

Alhamdulillah...
Akhirnya bisa mempercantik blog dengan hasil karya sendiri...walaupun hasilnya belum terlalu memuaskan....yah...lumayan lah untuk pemula seperti saya.

Sekarang malah punya keinginan untuk membuat sebuah buku, dimana di dalamnya berisikan tutorial mempercantik Blog (khusunya Blogspot).

http://matcuoi.comhhmmmm....kira-kira bisa gak yah?????

Senin, 21 Mei 2012

Penelitian Tindakan Kelas


http://matcuoi.com
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Landasan Konseptual Penggunaan Penelitian Tindakan

1.      Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa inggris Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
a.      Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.      Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c.       Kelas
Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang terjadi, mengamati hasil dari proses, mengadakan pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan kelas, dan sebagainya.

2.      Prinsip Penelitian Tindakan
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang dilakkan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
b.      Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
Penelitian tindakan dilakukan bukan karena paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasil yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan.

c.       SWOT sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas S-strength (kekuatan), W-weaknesses (kelemahan), O-opportunity (kesempatan), T-threat (ancaman). Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Kesempatan dan ancaman, diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subjek yang dikenal tindakan.

d.      Upaya Empiris dan Sistematik
Dengan dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.

e.       Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART, tindakan yang dipilih peneliti harus:
S   - Spesific, khusus, tidak terlalu umum.
M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
A    - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
R  - Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan
T  - Time-bound, diikuti oleh waktu, terencana

3.      Ciri-ciri Penelitian Tindakan
a.      Ciri-ciri Umum
Secara umum penelitian tindakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Cohen dan Manion, 1980; Burns, 1999):
1)      Situsional, kontekstual, berskala kecil, praktis, teralokasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja.
2)      Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis.
3)      Fleksibel dan adaptif, dan oleh karenanya memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di tempat pelaksanaan.
4)      Partisipatori karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya.
5)      Self-evaluation, yaitu modifikasi secara keseluruhan yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan praktek dengan cara tertentu.
6)      Perubahan dalam praktek didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7)      Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis.

b.      Ciri-ciri Khusus
Ciri-ciri khusus dari penelitian tindakan yang diidentifikasi
1)      Segi Komitmen
Dalam penelitian tindakan ada komitmen pada peningkatan pendidikan.
2)      Segi Maksud
Dalam penelitian tindakan ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan prktek seseorang dan untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.
3)      Segi Pusat Wacana
Dalam penelitian tindakan kata ganti “saya” atau “kami”, yang mewakili seseorang atau sepasang/sekelompok peneliti tindakan, merupakan pusat dari penelitian.
4)      Jenis Tindakan
Pada penelitian tindakan melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud.
5)      Pemantauan
Dalam penelitian tindakan dilakukan pemantauan sistematik untuk menghasilkan data yang valid.
6)      Deskripsi Otentik Tindakan dan Penjelasannya
Penelitian tindakan melibatkan deskripsi otentik tentang tindakan.
7)      Perlunya Validasi Pernyataan yang dibuat Peneliti
Dalam penelitian tindakan dilakukan penjelasan tentang tindakan.
8)      Cara baru Mempresentasikan Penelitian
Dalam penelitian tindakan terdapat cara baru mempresentasikan penelitian. Dalam penelitian tindakan teori praktek pribadi seseorang disajikan selama penelitian berlangsung, dan muncul sebagai pernyataan tentang pengalaman manusia.
9)      Perlunya Validasi Pernyataan
Klaim yang dibuat dalam penelitian tindakan perlu divalidasi.

4.      Kaitan Penelitian Tindakan dengan Penelitian Model Lain
Jika dibandingkan dengan penelitian deskriptif atau eksperimen, penelitian tindakan berada di ujung depan.
a.       Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, disertai dengan informasi tentang faktor penyebab sehingga mungkin muncul kejadian yang dideskripsikan secara rinci, urut, dan jujur.
b.      Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis yang dilandasi dengan asumsi yang kuat akan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel.

Kesimpilan:
Jika dibandingkan dengan penelitian lain, penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian tindakan bukan lagi mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti langsung menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya mengikuti setiap langkah proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.

5.      Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan
a.      Kelebihan Penelitian Tindakan
1)      Kerjasama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki.
2)      Kerjasama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemiiran kritis.
3)      Melalui kerjasama kemungkinan untuk berubah meningkat.
4)      Kerjasama dalam penelitian tindakan meningkatkan kesepakatan.
b.      Kelemahan Penelitian Tindakan
1)      Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti, sehingga penelitian menjadi tidak lazim.
2)      Penelitian tindakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3)      Kesulitan lain berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4)      Kesulitan mengajak orang untuk melakukan perubahan.
5)      Kesulitan yang lain berkenaan dengan tuntutan bahwa peneliti tindakan harus meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi, dan teknik yang ditelitinya benar-benar berjalan secara efektif.

B.       Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru
Beberapa hal dibawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian tindakan yang dilakukan guru oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan guru.
1.      Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.      Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, objektif, dan sistematis.
3.      Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4.      Penelitian tindakan terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5.      Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.
6.      Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

C.      Sasaran atau Objek Penelitian Tindakan Kelas
Objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam atau tanpa gerak.
1.      Unsur Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/ lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengiuti kerja bakti di luar sekolah.
2.      Unsur Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas.
3.      Unsur Materi Pelajaran, dapat dicemati dalam GBPP dan yang sudah dikembagkan dalam rencana tahunan, semesteran, dan Analisis materi pelajaran.
4.      Unsur Peralatan atau Sarana Pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan laboratorium.
5.      Unsur Hasil Pembelajaran, dikarenakan hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain.
6.      Unsur Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya.
7.      Unsur Pengelolaan, misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, pnempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, pengontrolan peralatan secara rutin menggunakan model regu yang dipantau oleh ketua regu, dan sebagainya.

D.      Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
·         Identifikasi masalah
·         Analisis masalah
·         Rumusan masalah
·         Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
1.      Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2.      Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3.      Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4.      Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
5.      Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
  1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
  2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
  3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya : a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
  4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

BAB III
PENUTUP

Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.


Beda Daftar Rujukan dengan Daftar Literatur

Jujur, sebelum mendapatkan pencerahan dari dosen pembimbing saya 2 minggu yang lalu, saya belum bisa membedakan antara Daftar Rujukan dengan Daftar Literatur, padahal dah mau jadi Magister Pendidikan http://matcuoi.com malu...banget deh rasanyahttp://matcuoi.com

Nah..mau tau apa bedanya?oke...kita lanjut yah!!!

Daftar rujukan adalah semua buku yang kita gunakan untuk penulisan karya ilmiah kita, mau berbentuk buku, artikel, skripsi, tesis, media massa, dsb..pokoknya yang kita rujuk saat penulisan karya ilmiah. Sedangkan, daftar literatur adalah buku-buku yang kita baca saat penulisan karya ilmiah, namun buku tersebut tidak kita rujuk ke dalam penulisan karya ilmiah, alias kita tidak mengutip "bahasa" buku tersebut.

'tu dia bedanya...semoga bermanfaat bagi yang membacanya

http://matcuoi.com

Sabtu, 19 Mei 2012

Solusi Mengganti Template

emoticon20 membuang/menghapus terlebih dahulu semua widget atau gadget lama...
caranya:

:q: back-up/restore template --> klik "cadangkan/pulihkan--->"download full template"

:r: upload template baru --> chose file --> unggah

selamat mencoba....


:e6:

Postingan ada emotion Nya...

Waktu dapet info ini, rasanya seneng deh bisa posting pake emotion...
pika21pokoknya bikin blog kita jadi lebih seru....wah bisa bikin tutorial untuk mempercantik blog neh
:a8::d5:

Jumat, 18 Mei 2012

Welcome to My Blog

Jangan Lupa Komentar mu yah....

Rabu, 16 Mei 2012

Rancangan Media Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan matematika berbasis kompetensi menekankan pada kompetensi yang seyogyanya dimiliki oleh tamatan, sehingga kurikulum dikembangkan berdasarkan penjabaran dari standar kompetensi menjadi kompetensi dasar. Standar kompetensi merupakan kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan dalam pengajaran matematika yang di bakukan dalam standar Isi (SI); sedangkan kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal dalam mata pelajaran matematika yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi dasar dapat berupa kompetensi afektif, kognitif maupun psikomotor.
Permasalahan pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Oleh karena itu, silabus dan RPP mata pelajaran matematika perlu disusun sehingga memuat materi pokok yang mengacu pada karakteristik matematika sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Nafas dari kurikulum adalah pada pengembangan pengalaman belajar tangan pertama, Contexstual Teaching and Learning ( CTL), meaningful teaching, dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill) baik berupa generic skiil(kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan keterampilan) maupun spesifik skiil.
Mengajarkan matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994 dalam Depdiknas 2003). Agar pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada umumnya, Ebbutt dan Straker (1995:10-63) dalam Depdiknas (2003) mendefinisikan matematika sekolah sebagai berikut:
1.      Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukah hubungan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokkan, dsb, (4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.
2.      Matematika sebagai kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
Implikasi dari Pandangn ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berfikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kompetensi menyangga dan kompetensi memperkirahkan, (3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaaat dari pada menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika, (5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berfikir refleksif, dan (7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja.
3.      Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
Implikasi dari pandang ini terhadap pembelajaran adalah: (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, (4) mendorong siswa untuk berfikir logis konsisten, sistimatis dan mengembangkan sistem dokumentasi catatan,(5) mengembangkan kompetnsi dan keterampilan untuk memecahkan persoalan (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti: jangka, kalkulator dsb.
4.      Matematika sebagai alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong siswa mengenal sifat matematika, (2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika ,(3) mendorong siswa menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika, (6) mendorong siswa membaca dan manulis matematika, (7) menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.

Dalam pembelajaran kontekstual (CTL) salah satu teori belajar yang mendukung adalah teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Hakekat dari teori ini adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka ingin menjadikan informasi itu milik sendiri.
Walaupun teori belajar konstruktivisme telah sangat sesuai dalam pembelajaran matematika, tetapi merancang pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut merupakan masalah tersendiri bagi guru matematika.
Tulisan ini mencoba mengetengahkan tinjauan teoritis tentang teori belajar kontruktivisme dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI) sesuai dengan teori konstruktivis.



B.     Teori Belajar -Mengajar Matematika yang Relevan
1.      Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme bermula dari gagasan Piaget dan Vigotsky, Piaget dan Vigotsky berpendapat bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Keduanya menekankan adanya hakekat sosial dari belajar. Pembelajaran kooperatif, berbasis kegiatan dan penemuan merupakan pilihan yang sesuai untuk pembelajaran.
Hakekat dari teori konstuktivis adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru adalah membantu membuat kondisi yang memungkinkan siswa untuk secara mandiri menemukan fakta, konsep atau prinsip. Sejalan dengan Wina Sanjaya (2008:264) bahwa konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Guru bukanlah pemberi informasi, dan jawaban atas semua masalah yang terjadi di kelas.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran top-down dari pada bottom-up. Top –down mempunyai arti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru seminimal mungkin) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan top down berlawanan dengan strategi bottom-up dimana keterampilan-keterampilan dasar secara bertahap dilatihkan untuk mewujudkan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sejalan dengan teori ini Blanchard (2001) dalam Depdiknas (2005) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sebagai anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja.
Sebuah komponen penting dalam pendekatan konstruktivis adalah proses untuk menemukan ’ secara mandiri”. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri. Menurut Syaiful Sagalah (2007), esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dihendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

2.      Beberapa Hal Penting Untuk Penerapan Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori konstruktivis dalam pembelajaran sebagaimana yang dikemukankan Muh, Nur (2002:3) adalah sebagai berikut:
a.       Cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa adalah cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri informasi tersebut.
b.      Menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri.
c.       Mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
d.      Peran guru adalah memabantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
e.       Mengajar siswa dikelas seharusnya merupakan salah satu bentuk penerapan pemagangan kognitif. Artinya aktivitas sehari-hari di kelas seharusnya ditandai dengan melibatkan siswa dengan tugas-tugas kompleks yang benar-benar ada dalam kehidupan sehari-hari.
f.       Mengajarkan suatu bahan ajar tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan ajar tersebut, namun lebih ditujukan untuk melatihkan keterampilan berfikir untuk diri mereka sendiri . mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk.
g.      Pembelajaran melalui penemuan merupakan satu komponen penting dalam pendekatan konstrutivis. Siswa didorong untuk terlibat aktif, memiliki pengalaman, melakukan pengamatan atau percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsep-konsep dan prisip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
h.      Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru harus mendorong dan memberi kesempatan siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya atau memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban dari masalah yang dihadapi.

3.      Permen Diknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses merupakan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pemelajaran. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
BAB II
 MODEL PEMBELAJARAN ASSURE

Teknologi dan media yang kita digunakan dalam pembelajaran akan menjadi efektif apabila ada “klik” atau pas antara karakteristik pembelajarnya (audiens) dengan metode, media, dan bahan yang digunakan. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya perencanaan yang efektif.  Perencanaan yang efektif harus dimulai dengan perencanaan sistematik. Salah satu model yang ditawarkan sebagai langkah-langkah dalam proses perencanaannya adalah model ASSURE. Dengan model ini diharapkan kita dapat memilih jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran (walaupun tidak menutup kemungkinan untuk digunakan pada konteks yang lain, contoh : seminar, penyuluhan, dll).

Analyze Learners
Menganalisa pembelajar adalah salah satu faktor yang wajib hukumnya untuk dilakukan sebelum kita melaksanakan sebuah pembelajaran. Ada 3 hal yang semestinya diperhatikan dalam menganalisa pembelajar :

1.      Karakteristik Umum
Yang termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi. Karakteristik umum ini dapat digunakan untuk menuntun kita dalam memilih metode dan media untuk pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila pembelajar…
a.      memiliki kemampuan membaca di bawah standar, maka akan lebih efektif jika media yang digunakan adalah bukan dalam format tercetak (nonprint media).
b.      kurang tertarik terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan menggunakan media yang memiliki tingkat stimuli yang tinggi, seperti : penggunaan video tape, permainan simulasi, dll.
c.       baru pertama kali melihat atau mendapat konsep yang disampaikan, lebih baik menggunakan cara atau pengalaman langsung (realthing). Bila sebaliknya, menggunakan verbal atau visual saja sudah dianggap cukup.
d.      heterogen, lebih aman bila menggunakan media yang dapat mengakomodir semua karakteristik pembelajar seperti menggunakan video tape.

2.      Spesifikasi Kemampuan Awal
Berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya. Informasi ini dapat kita temukan bila kita memberikan entry test/entry behavior kepada pembelajar sebelum kita melaksanakan pembelajaran. Hasil dari entry test ini dapat dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu lagi disampaikan kepada pembelajar.

3.      Gaya Belajar
Gaya belajar berasal atau timbul dari adanya kenyamanan yang kita rasakan (secara  psikologis dan emosional) saat kita menerima dan berinteraksi dengan lingkungan belajar, karena itu muncul modalitas dalam belajar (audio, visual, dan kinestetik).


State Objectives
Perumusan tujuan ini berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :

1.      Tetapkan ABCD
 A (audiens – instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan pembelajar bukan pada apa yang harus dilakukan pengajar), B (behavior – kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions – kondisi pada saat performans sedang diukur), D (degree – kriteria yang menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar).

2.      Mengklasifikasikan Tujuan
Maksud dari mengklasifikasikan tujuan disini adalah untuk menentukan pembelajaran yang akan kita laksanakan lebih cenderung ke domain mana ? kognitif, afektif, psikomotor, atau interpersonal.

3.      Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu)


Select Methods, Media, and Material
Yang perlu digarisbawahi dalam point ini adalah bahwa tidak ada satu metode yang lebih dari metode yang lain dan tidak ada satu metode yang dapat  menyenangkan/menjawab kebutuhan pembelajar secara seimbang dan menyeluruh.
Penggunaan media tidak harus diidentikkan dengan barang yang mahal. Yang jelas sebelum memilih media kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam pentransferan pengetahuan kepada pembelajar.
Materi/bahan yang kita gunakan dalam proses pembelajaran, bisa yang sudah siap pakai, hasil modifikasi kita, atau hasil desain baru. Bagaimanapun caranya kita mengumpulkan materi, pada intinya adalah materi tersebut harus sesuai dengan tujuan dan karakteristik si pembelajar.


Utilize Media and Materials
Sebelum kita memanfaatkan media dan bahan yang ada, alangkah bijaksananya jika kita melaksanakan “ritual” seperti :
1.      mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
2.      mempersiapkan bahan
3.      mempersiapkan lingkungan belajar
4.      mempersiapkan pembelajar
5.      menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)


Require Learner Participation
Dalam mengaktifkan pembelajar di dalam proses pembelajaran alangkah baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya. Berikut adalah gambaran dari adanya sentuhan psikologis dalam proses pembelajaran :
1.      behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
2.      kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
3.      konstruktivis, karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses pembelajaran.
4.      sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional.


Evaluate and Review
Evaluasi dan mereview adalah hal yang lazim dilakukan untuk melihat seberapa jauh media dan teknologi yang kita pilih/gunakan telah menghasilkan tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan timbul pertanyaan : apakah media dan teknologi yang kita pilih tetap bisa digunakan, dimodifikasi, ataupun tidak digunakan sama sekali.























BAB III
RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
a.       Komponen RPP adalah :
1.      Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pela­jaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2.      Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3.      Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe­tensi dalam suatu pelajaran.
4.      Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5.      Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6.      Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe­tensi.
7.      Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan un­tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8.      Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9.      Kegiatan pembelajaran
a.       Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1)      menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2)      mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
3)      menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
4)      menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b.      Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1.      Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a)      melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
b)      menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c)      memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d)     melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e)      memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.


2.      Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a)      membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b)      memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c)      memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d)     memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e)      memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
f)       memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g)      memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
h)      memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
i)        memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

3.      Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a)      memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b)      memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
c)      memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d)     memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
e)      berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar;
f)       membantu menyelesaikan masalah;
g)      memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
h)      memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
i)        memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.


c.       Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Dalam kegiatan penutup, guru:
1.      bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
2.      melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
3.      memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4.      merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
5.      menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya



d.      Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
e.       Sumber belajar
f.       Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom petensi.

g.      Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

C.     Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam Matematika

Ini salah satu contoh terapan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai teori konstruktivis dalam materi Sistem Persamaan Linear Dua veubah. Biasanya dalam pembelajaran materi SPLDV, guru mengunakan model pembelajaran langsung (Direc Instruction). Diawal pembelajaran, guru memberikan pengertian atau definisi SPLDV, memberi contoh dan non-contoh , menjelaskan pengertian ”penyelesaian dari SPLDV”, kemudian menjelaskan cara menyelesaikan SPLDV, dalam menjelaskan cara menyelesaikan SPLDV, guru menginformasikan pada siswa bahwa ada empat cara untuk menyelesaikan SPLDV, yaitu cara grafik, metode eliminasi, metode substitusi dan metode gabungan eliminasi dan substitusi. Cara itu diterima saja oleh siswa tanpa pertanyaan’ kenapa caranya begitu?””kenapa namanya elminasi?” ” kenapa namanya substitusi?” guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan cara itu secara mendiri. Untuk cara eliminasi dan substitusi dapat diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan teori konstruktivis, adapun langkah –langkah model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) sebagai berikut:

Tabel Sintak Model PBI FASE dan PERILAKU GURU:
1.      Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran,logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan megorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan tugas belajar tersyaebut
3.      Membimbing Penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi Yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-prosesyang mereka gunakan.






Berikut ini disusun RPP sesuai dengan Permendiknas nomor 41 (2007) tentang standar proses.dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masa
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
1.      Identitas mata pelajaran
Satuan Pendidikan : SMP Negeri .....
Kelas / semester : VIII/ Satu
Mata Pelajaran : Matematika
Jumlah Pertemuan : 1
2.      Standar Kompetensi :
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
3.      Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan sistem persamaan ` linear dua variabel
4.      Indikator Pencapaian Kompetensi :
a.      Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode eliminasi.
b.      Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Veubah dengan metode substitusi
c.       Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Veubah dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi.
5.      Tujuan Pembelajaran
a.      Setelah diskusi siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode eliminasi.
b.      Setelah tanya jawab siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.dengan metode substitusi
c.       Setelah diskusi siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode gabuangan metode eliminasi dan substitusi.

6.      Materi Ajar
a.      Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.dengan menggunakan langkah :
1)      menyatakan persoalan dalam model matematika.
2)      menyelsaikan persamaan yang diperoleh pada langkah a dengan salah satu metode.
7.       Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
8.      Kegiatan Pembelajaran.
a.        Model Pembelajaran : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI)
b.      Metode Pembelajaran :
1)      Diskusi
2)      Tanya jawab
3. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Pendahuluan ( 10 menit)
  1. Guru mengkondisikan siswa ( orientasi siswa untuk belajar), lalu menuliskan topik pembelajaran yang hendak di pelajari
  2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak di capai.
  3. Sebagai motivasi guru menjelaskan manfaat belajar Sistem persamaan linear dua veubah
  4. Sebagai apersepsi (memfokuskan perhatian siswa) dengan cara tanya jawab berkaitan dengan masalah persamaan linear satu veubah, seperti pada soal ini: aku adalah sebuah bilangan, jika aku dikalikan dua kemudian dikurangi tujuh, maka akan menjadi sebelas. Bilangan berapakah aku? Bagaimana cara menjawabnya?
B. Kegiatan Inti (50 menit)
* Tahap eksplorasi ( 15 menit)
1.Orientasi Siswa pada Masalah
  • Siswa di beri masalah kontekstual seperti Dua kaleng berisi kelereng. Banyak seluruh kelereng adalah 75 sedangkan selisih banyak kelereng adalah 21 berapa banyak kelereng di setiap kaleng.
  • Meminta beberapa siswa untuk menceritakan kemabali masalahnya
  • Siswa bebas berekspresi dengan caranya masing-masing menyelesaikan masalah tersebut.
* Tahap Elaborasi ( 25 menit)
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
  • Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang anggotanya 3-4 orang
  • Siswa diberi lembar kegiatan untuk dibahas dalam kelompoknya yang berisikan dua masalah autentic yang mungkin mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
  • Guru memfasilitasi siswa menyampaikan strategi (logistik) yang digunakan dalam memecahkan masalah.dan menginformasikan cara yang mereka temukan dikaitkan dengan arti dari nama istilah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan kelompok..
  • Siswa di beri dorongan dalam melakukan penyelidikan kelomponya
  • Guru senantiasa mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan pemecahan masalahnya atau untuk menggali apa yang difikirkan siswa
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  • Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil kerja kelompoknya untuk di prsentasikan didepan kelas.
  • Guru meminta kelompok menyajikan hasilnya..
* Tahap konfirmasi (10 menit)
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
  • Bagi kelompok yang menjawab benar diberi penghargaan berupa pujian.sebagai penguatan dalam proses pembelajaran
  • Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, misalya dengan cara seperti berikut:
  • Guru meminta siswa menulis reflesi berkaitan dengan hal berikut:
a. Kapan pertama kali kamu mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi asalah yang diberikan ?
b. Kapan kamu berasa yakin dengan pemecahan masalah mu?
c. Mengapa kamu dapat menerima penjelasan dari temanmu
d. Mengapa kamu menolak beberapa penjelasan?
e. Apakah kamu akan melakukan cara yang lain dalam menyelesaikan masalah ini?
  • Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif

C. Penutup (5 menit)
  1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman dari materi yang sudah dipelajari.
  2. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dengan cara menanyakan kesan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang baru selesai.
  3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
D.  Penilaian hasil belajar (15 menit)
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Penilaian : Uraian



Instrumen Soal :
  1. Ibu Rini akan membelikan anaknya celana pendek dan kaos. Ia pergi ke toko pakaian. Pemilik toko menjelaskan kepada ibu Rini bahwa harga 5 celana pendek dan 3 kaos adalah Rp. 120.000,00, sedangkan harga 3 celana pendek dan 5 kaos adalah Rp. 136.000,00.Berpakah harga sebuah celana pendek dan sebuah kaos ?
  2. Sebuah toko menyimpan persediaan beras dan jagungnya di dalam gudang. Beras dan jagung itu dimasukkan dalam karung. Setiap karung beras beratnya sama dan setiap karung jagung juga beratnya sama . berat dua karung beras bersama satu karung jagung adalah 172 kg. Berat tiga karung beras bersama satu karung jagung adalah 232 kg. Berapakah berat satu karung beras dan satu karung jagung ?
10. Sumber Belajar:
Buku Matematika kela VIII
LKS

Kunci Jawaban dan penskoran

No
Alternatif Solusi jawaban Skor

Soal No. 1
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
3 C + 5 K = Rp 136.000,00
Pers 1 kalikan dengan 5 dan pers 2 kali kan dengan 3.
25 C + 15 K = Rp 600.000,00
9 C + 15 K = Rp 408.000,00
____________________________ -
16 C = Rp 192.000,00
C = Rp 12.000,00
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
5. Rp.12.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 – Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00 – Rp 60.000,00 = Rp 60.000,00
3 K = Rp 60.000,00 K = Rp 20.000,00 harga satu celana Rp 12.000,00 20.000,00
jadi harga satu celana dan satu kaos Rp 32.000,00

Soal No.2
3 KB + 1 KJ = 232.Kg
2 KB + 1 KJ = 172.Kg
___________________ -
1 KB = 60 Kg 3 x 60 Kg + 1 KJ = 232 Kg 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg180 Kg – 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg- 180 Kg1 KJ = 52.Kg.
Berat satu karung beras adalah 60 Kg Berat
satu Karung jagung adalah 52 Kg
Jadi berat satu karung beras dan satu karung jagung adalah 112Kg.
Jumlah:
NA = skor yang diperoleh : skor maksimum x 100

Mengetahui Indralaya, 10 Juni 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

( ............................) ( ...................................)
NIP NIP
LEMBAR KEGIATAN SISWA



Nama :
Kelas :
Kompetensi Dasar: 2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan
cara eliminasi.
2.Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara substitusi

Permasalahan:
1.    Menjelang tahun ajaran baru, Ali akan membeli dua pasang sepatu yaitu sepatu olahraga dan sepatu kulit. Harga dua pasang sepatu olahraga dan tiga pasang sepatu kulit adalah Rp. 192.000,00
b. Berapa harga empat pasang sepatu olahraga dan enam pasang sepatu kulit?
c. Mungkinkah sepasang sepatu kulit harganya Rp 65.000,00?
Mengapa?
d. Mungkinkah sepasang sepatu olahraga harganya Rp97.000,00?
Mengapa?
e. Berapakah harga yang mungkin untuk sepasang sepatu olahraga dan harga sepasang sepatu kulit jika masing-masing harganya lebih dari Rp 20.000,00
Jawaban:...............................................
2.    Hari minggu yang akan datang adalah hari ulang tahun Agus. Anis akan memberikan hadiah ulang tahun untuk Agus. Untuk itu Anis pergi ke toko mainan. Anis ingin membeli mobil-mobilanatau pistil-pistolan . Harga dua buah mobil-mobilan dan dua buah pistol-pistolan adalah Rp 44.000,00. sedangkan harga sebuah mobil-mobilan dan tiga buah pistol-pistolan adalah Rp 30.000,00.
Berapa harga satu buah mobil-mobilan dan harga satu buah pistol-pistolan ?
Jawaban:..............................





















DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Pendekatan Pembelajaran Matematika. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta.
------------------------------------------, 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem penilaian Barbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta..

Junaidi Samsul, 2004. Membangun Kompetensi Matematika SMP untuk Kelas VII. Surabaya.

Nur Muhammad, 2002. Butir-butir Penting Pandangan Belajar Menurut Teori Konstruktivis. Surabaya.

Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 41, 2007. Tentang Standar Proses. Jakarta.

Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 22, 2007. Tentang Standar Isi. Jakarta.

Silaiman, 2002. Makalah Konstruktivis Suatu Alternatif Dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Surabaya.

Sagala Syaiful, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit Alfabeta Bandung.

Sanjaya Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung