Entah siapa yang mesti disalahkan sekarang, entah itu orang-orang sekeliling, atau memang nasib yang menghadirkan penderitaan batin yang cukup parah...terlalu berat beban ini, terlalu sulit Ujian-Mu ini tuk dijalani, hingga rasa menyerah itu mulai menghampiri batin ini...mulai tak sanggup dengan semua "kesakitan" ini.. mulai tak kuat menjalani hidup dengan hinaan.. sampai kapan ujian ini harus kujalani? tak nampak sedikitpun pencerahan tuk menyelesaikan persoalan ini...Lelah... Lelah... Gin capek Ya Allah....Gin ingin Istirahat dari semua ini.....
Senin, 04 Juni 2012
Minggu, 03 Juni 2012
Ilmu Baru Lagi
Akhirnya...malem ini dapet ilmu baru lagi buat mempercantik Blog....entah mengapa akhir-akhir ini gin lagi suka banget ngotak-ngatik blog ini....gin tertarik banget untuk mendesain Blog...Semoga ilmu ini bisa gin tuangkan ke dalam sebuah Buku...Amin.
Sepertinya waktu dah menunjukkan pukul 00.05 WIB, mata dah mulai ngantuk....dan batuk ini dah mulai mengganggu konsentrasi gin...okelah kalo begitu...bobok yuuuukksss...
Sepertinya waktu dah menunjukkan pukul 00.05 WIB, mata dah mulai ngantuk....dan batuk ini dah mulai mengganggu konsentrasi gin...okelah kalo begitu...bobok yuuuukksss...
Jumat, 01 Juni 2012
Masih Melek Neh!!!
Alhamdulillah...
Akhirnya bisa mempercantik blog dengan hasil karya sendiri...walaupun hasilnya belum terlalu memuaskan....yah...lumayan lah untuk pemula seperti saya.
Sekarang malah punya keinginan untuk membuat sebuah buku, dimana di dalamnya berisikan tutorial mempercantik Blog (khusunya Blogspot).
hhmmmm....kira-kira bisa gak yah?????
Akhirnya bisa mempercantik blog dengan hasil karya sendiri...walaupun hasilnya belum terlalu memuaskan....yah...lumayan lah untuk pemula seperti saya.
Sekarang malah punya keinginan untuk membuat sebuah buku, dimana di dalamnya berisikan tutorial mempercantik Blog (khusunya Blogspot).
hhmmmm....kira-kira bisa gak yah?????
Senin, 21 Mei 2012
Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belakangan
ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh
para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di
berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap
masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang
di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian
terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang
telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan
dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas
dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas
keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam
bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai
suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap
PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri,
bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian
terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu
harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang
mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan
melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Konseptual Penggunaan Penelitian Tindakan
1.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sudah
lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa inggris Classroom Action Research (CAR). Dari
namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang
membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
a.
Penelitian
Menunjuk pada suatu
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.
Tindakan
Menunjuk pada sesuatu
gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c.
Kelas
Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah
kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan
menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, guru melaporkan
berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian
mereka pada proses yang terjadi, mengamati hasil dari proses, mengadakan
pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan
kelas, dan sebagainya.
2.
Prinsip
Penelitian Tindakan
Agar
peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.
Dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang
dilakkan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan
Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian tindakan
dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Jika penelitian dilakukan
dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam
situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
b.
Adanya
Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
Penelitian tindakan
dilakukan bukan karena paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus
atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasil yang diharapkan
lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu
ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya
kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu
tentunya ingin melakukan perbaikan.
c.
SWOT
sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan
harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas S-strength
(kekuatan), W-weaknesses (kelemahan), O-opportunity (kesempatan), T-threat
(ancaman). Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek
tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
Kesempatan dan ancaman, diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau
peneliti dan juga di luar diri siswa atau subjek yang dikenal tindakan.
d.
Upaya
Empiris dan Sistematik
Dengan dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti
sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik,
berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait
dengan objek yang sedang digarap.
e.
Ikuti
Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun
rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART, tindakan
yang dipilih peneliti harus:
S - Spesific,
khusus, tidak terlalu umum.
M - Managable,
dapat dikelola, dilaksanakan
A -
Acceptable,
dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
R - Realistic,
operasional, tidak diluar jangkauan
T - Time-bound,
diikuti oleh waktu, terencana
3.
Ciri-ciri
Penelitian Tindakan
a.
Ciri-ciri
Umum
Secara umum penelitian
tindakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Cohen dan Manion, 1980; Burns,
1999):
1) Situsional,
kontekstual, berskala kecil, praktis, teralokasi dan secara langsung relevan
dengan situasi nyata dalam dunia kerja.
2) Memberikan
kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis.
3) Fleksibel
dan adaptif, dan oleh karenanya memungkinkan adanya perubahan selama masa
percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan
pengujicobaan dan pembaharuan di tempat pelaksanaan.
4) Partisipatori
karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung
atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya.
5) Self-evaluation,
yaitu modifikasi secara keseluruhan yang dievaluasi dalam situasi yang ada,
yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan praktek dengan cara tertentu.
6) Perubahan
dalam praktek didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan
untuk terjadinya perubahan.
7) Secara
ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun
diupayakan untuk dilakukan secara sistematis.
b.
Ciri-ciri
Khusus
Ciri-ciri khusus dari penelitian
tindakan yang diidentifikasi
1) Segi
Komitmen
Dalam penelitian
tindakan ada komitmen pada peningkatan pendidikan.
2) Segi
Maksud
Dalam penelitian
tindakan ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan
pemahaman dan prktek seseorang dan untuk menerima tanggung jawab dirinya
sendiri.
3) Segi
Pusat Wacana
Dalam penelitian
tindakan kata ganti “saya” atau “kami”, yang mewakili seseorang atau
sepasang/sekelompok peneliti tindakan, merupakan pusat dari penelitian.
4) Jenis
Tindakan
Pada penelitian
tindakan melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud.
5) Pemantauan
Dalam penelitian
tindakan dilakukan pemantauan sistematik untuk menghasilkan data yang valid.
6) Deskripsi
Otentik Tindakan dan Penjelasannya
Penelitian tindakan
melibatkan deskripsi otentik tentang tindakan.
7) Perlunya
Validasi Pernyataan yang dibuat Peneliti
Dalam penelitian
tindakan dilakukan penjelasan tentang tindakan.
8) Cara
baru Mempresentasikan Penelitian
Dalam penelitian
tindakan terdapat cara baru mempresentasikan penelitian. Dalam penelitian
tindakan teori praktek pribadi seseorang disajikan selama penelitian
berlangsung, dan muncul sebagai pernyataan tentang pengalaman manusia.
9) Perlunya
Validasi Pernyataan
Klaim yang dibuat dalam
penelitian tindakan perlu divalidasi.
4.
Kaitan
Penelitian Tindakan dengan Penelitian Model Lain
Jika dibandingkan
dengan penelitian deskriptif atau eksperimen, penelitian tindakan berada di
ujung depan.
a. Penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena
yang diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, disertai dengan
informasi tentang faktor penyebab sehingga mungkin muncul kejadian yang
dideskripsikan secara rinci, urut, dan jujur.
b. Penelitian
eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat
dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan
untuk mengetes suatu hipotesis yang dilandasi dengan asumsi yang kuat akan
adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel.
Kesimpilan:
Jika dibandingkan
dengan penelitian lain, penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan.
Penelitian tindakan bukan lagi mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah
mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam
penelitian tindakan ini peneliti langsung menerapkan perlakuan tersebut dengan
hati-hati seraya mengikuti setiap langkah proses serta dampak perlakuan yang
dimaksud.
5.
Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Tindakan
a.
Kelebihan
Penelitian Tindakan
1) Kerjasama
dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki.
2) Kerjasama
dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemiiran kritis.
3) Melalui
kerjasama kemungkinan untuk berubah meningkat.
4) Kerjasama
dalam penelitian tindakan meningkatkan kesepakatan.
b.
Kelemahan
Penelitian Tindakan
1) Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak
peneliti, sehingga penelitian menjadi tidak lazim.
2) Penelitian
tindakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3) Kesulitan
lain berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4) Kesulitan
mengajak orang untuk melakukan perubahan.
5) Kesulitan
yang lain berkenaan dengan tuntutan bahwa peneliti tindakan harus meyakinkan
orang lain bahwa metode, strategi, dan teknik yang ditelitinya benar-benar
berjalan secara efektif.
B.
Persyaratan
Penelitian Tindakan oleh Guru
Beberapa
hal dibawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan
penelitian tindakan yang dilakukan guru oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan
jabatan guru.
1. Penelitian
tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Penelitian
tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus
menerus, objektif, dan sistematis.
3. Penelitian
tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan.
4. Penelitian
tindakan terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan,
dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5. Penelitian
tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.
6. Penelitian
tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh
sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
C.
Sasaran
atau Objek Penelitian Tindakan Kelas
Objek
penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan objek yang sedang diam atau tanpa gerak.
1. Unsur Siswa,
dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti
proses pembelajaran di kelas/ lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika
sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka
sedang mengiuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur Guru,
dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas.
3. Unsur Materi Pelajaran,
dapat dicemati dalam GBPP dan yang sudah dikembagkan dalam rencana tahunan,
semesteran, dan Analisis materi pelajaran.
4. Unsur Peralatan atau Sarana
Pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa
secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan
yang disediakan dan digunakan di kelas dan laboratorium.
5. Unsur Hasil Pembelajaran,
dikarenakan hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti
terkait dengan tindakan unsur lain.
6. Unsur Lingkungan,
baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di
rumahnya.
7. Unsur Pengelolaan,
misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas,
pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, pnempatan papan tulis,
penataan peralatan milik siswa, pengontrolan peralatan secara rutin menggunakan
model regu yang dipantau oleh ketua regu, dan sebagainya.
D. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model
PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara
singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling
terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya,
tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
·
Identifikasi masalah
·
Analisis masalah
·
Rumusan masalah
·
Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial
untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini
suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK
adalah sebagai berikut ini.
1. Apa yang
memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2. Mengapa hal
itu terjadi dan apa sebabnya?
3. Apa yang
dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti
apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
5. Bagaimana
cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi,
tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah
yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah
seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal,
misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap
klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan
tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
- Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada
identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan
disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan.
Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala
keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana
pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau
instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap
perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala
yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan
melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
- Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan
implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap
ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori
pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah
yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan
hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan
kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih
mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang
terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
- Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap
ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat,
serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan
dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen
ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan
observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap
observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau
pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang
dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak
boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode
observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi
terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus
dipenuhi dalam observasi, diantaranya : a)
ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi
harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria
bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan
hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus
dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk
membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi;
(c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari
24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
- Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan
tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data
yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis,
dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk
melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat
observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk
dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi
ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai
dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi
bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat
penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi
yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga
dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang
tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang
pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman
proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen
observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang
hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang
miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan
kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar
perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak
boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan
refleksi bersama kolaborator.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam
PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus
lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini
hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas
terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia
akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu
identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru
guna mencari solusi dari masalah tersebut.
Beda Daftar Rujukan dengan Daftar Literatur
Jujur, sebelum mendapatkan pencerahan dari dosen pembimbing saya 2 minggu yang lalu, saya belum bisa membedakan antara Daftar Rujukan dengan Daftar Literatur, padahal dah mau jadi Magister Pendidikan malu...banget deh rasanya
Nah..mau tau apa bedanya?oke...kita lanjut yah!!!
Daftar rujukan adalah semua buku yang kita gunakan untuk penulisan karya ilmiah kita, mau berbentuk buku, artikel, skripsi, tesis, media massa, dsb..pokoknya yang kita rujuk saat penulisan karya ilmiah. Sedangkan, daftar literatur adalah buku-buku yang kita baca saat penulisan karya ilmiah, namun buku tersebut tidak kita rujuk ke dalam penulisan karya ilmiah, alias kita tidak mengutip "bahasa" buku tersebut.
'tu dia bedanya...semoga bermanfaat bagi yang membacanya
Nah..mau tau apa bedanya?oke...kita lanjut yah!!!
Daftar rujukan adalah semua buku yang kita gunakan untuk penulisan karya ilmiah kita, mau berbentuk buku, artikel, skripsi, tesis, media massa, dsb..pokoknya yang kita rujuk saat penulisan karya ilmiah. Sedangkan, daftar literatur adalah buku-buku yang kita baca saat penulisan karya ilmiah, namun buku tersebut tidak kita rujuk ke dalam penulisan karya ilmiah, alias kita tidak mengutip "bahasa" buku tersebut.
'tu dia bedanya...semoga bermanfaat bagi yang membacanya
Sabtu, 19 Mei 2012
Solusi Mengganti Template
Postingan ada emotion Nya...
Jumat, 18 Mei 2012
Rabu, 16 Mei 2012
Rancangan Media Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
matematika berbasis kompetensi menekankan pada kompetensi yang seyogyanya
dimiliki oleh tamatan, sehingga kurikulum dikembangkan berdasarkan penjabaran
dari standar kompetensi menjadi kompetensi dasar. Standar kompetensi merupakan
kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan dalam pengajaran matematika
yang di bakukan dalam standar Isi (SI); sedangkan kompetensi dasar merupakan
kompetensi minimal dalam mata pelajaran matematika yang harus dimiliki oleh siswa,
kompetensi dasar dapat berupa kompetensi afektif, kognitif maupun psikomotor.
Permasalahan
pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan pembelajaran, cara
mencapai tujuan tersebut serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan tersebut telah
tercapai. Oleh karena itu, silabus dan RPP mata pelajaran matematika perlu
disusun sehingga memuat materi pokok yang mengacu pada karakteristik matematika
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Nafas dari kurikulum adalah pada
pengembangan pengalaman belajar tangan pertama, Contexstual Teaching and
Learning ( CTL), meaningful teaching, dengan memperhatikan kecakapan hidup
(life skill) baik berupa generic skiil(kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, dan kecakapan keterampilan) maupun spesifik skiil.
Mengajarkan
matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994 dalam Depdiknas 2003).
Agar pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada
umumnya, Ebbutt dan Straker (1995:10-63) dalam Depdiknas (2003) mendefinisikan
matematika sekolah sebagai berikut:
1.
Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan
hubungan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) memberikan kesempatan
siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk
menentukah hubungan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya
urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokkan, dsb, (4) mendorong siswa
menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan
antara pengertian satu dengan yang lainnya.
2.
Matematika sebagai kreatifitas yang memerlukan
imajinasi, intuisi dan penemuan.
Implikasi dari Pandangn ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong
inisiatif dan memberikan kesempatan berfikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin
tahu, keinginan bertanya, kompetensi menyangga dan kompetensi memperkirahkan,
(3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaaat dari pada
menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong siswa menemukan struktur dan
desain matematika, (5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya,
(6) mendorong siswa berfikir refleksif, dan (7) tidak menyarankan hanya
menggunakan satu metode saja.
3.
Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem
solving)
Implikasi dari pandang ini terhadap pembelajaran adalah: (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, (4) mendorong siswa untuk berfikir logis konsisten, sistimatis dan mengembangkan sistem dokumentasi catatan,(5) mengembangkan kompetnsi dan keterampilan untuk memecahkan persoalan (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti: jangka, kalkulator dsb.
Implikasi dari pandang ini terhadap pembelajaran adalah: (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, (4) mendorong siswa untuk berfikir logis konsisten, sistimatis dan mengembangkan sistem dokumentasi catatan,(5) mengembangkan kompetnsi dan keterampilan untuk memecahkan persoalan (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti: jangka, kalkulator dsb.
4.
Matematika sebagai alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: (1) mendorong
siswa mengenal sifat matematika, (2) mendorong siswa membuat contoh sifat
matematika ,(3) mendorong siswa menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa
memberikan alasan perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa
membicarakan persoalan matematika, (6) mendorong siswa membaca dan manulis
matematika, (7) menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Dalam pembelajaran kontekstual (CTL) salah satu teori belajar yang mendukung adalah teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Hakekat dari teori ini adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka ingin menjadikan informasi itu milik sendiri.
Walaupun teori belajar konstruktivisme telah sangat sesuai dalam pembelajaran matematika, tetapi merancang pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut merupakan masalah tersendiri bagi guru matematika.
Tulisan ini mencoba mengetengahkan tinjauan teoritis tentang teori belajar kontruktivisme dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI) sesuai dengan teori konstruktivis.
Dalam pembelajaran kontekstual (CTL) salah satu teori belajar yang mendukung adalah teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Hakekat dari teori ini adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka ingin menjadikan informasi itu milik sendiri.
Walaupun teori belajar konstruktivisme telah sangat sesuai dalam pembelajaran matematika, tetapi merancang pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut merupakan masalah tersendiri bagi guru matematika.
Tulisan ini mencoba mengetengahkan tinjauan teoritis tentang teori belajar kontruktivisme dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI) sesuai dengan teori konstruktivis.
B.
Teori Belajar -Mengajar Matematika yang Relevan
1.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme bermula dari gagasan Piaget dan
Vigotsky, Piaget dan Vigotsky berpendapat bahwa perubahan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui
suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Keduanya menekankan adanya hakekat sosial dari belajar. Pembelajaran
kooperatif, berbasis kegiatan dan penemuan merupakan pilihan yang sesuai untuk
pembelajaran.
Hakekat dari teori konstuktivis adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Hakekat dari teori konstuktivis adalah bahwa siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan
guru adalah membantu membuat kondisi yang memungkinkan siswa untuk secara
mandiri menemukan fakta, konsep atau prinsip. Sejalan dengan Wina Sanjaya
(2008:264) bahwa konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Guru
bukanlah pemberi informasi, dan jawaban atas semua masalah yang terjadi di
kelas.
Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran lebih
menekankan pada pembelajaran top-down dari pada bottom-up. Top –down mempunyai
arti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan
dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru seminimal
mungkin) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan top down
berlawanan dengan strategi bottom-up dimana keterampilan-keterampilan dasar
secara bertahap dilatihkan untuk mewujudkan keterampilan-keterampilan yang
lebih kompleks. Sejalan dengan teori ini Blanchard (2001) dalam Depdiknas
(2005) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu
guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna
untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sebagai anggota keluarga, masyarakat
dan lingkungan kerja.
Sebuah komponen penting dalam pendekatan konstruktivis
adalah proses untuk menemukan ’ secara mandiri”. Siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri. Menurut Syaiful
Sagalah (2007), esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan
apabila dihendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
2.
Beberapa Hal Penting Untuk Penerapan Teori
Konstruktivisme dalam Pembelajaran.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk
menerapkan teori konstruktivis dalam pembelajaran sebagaimana yang dikemukankan
Muh, Nur (2002:3) adalah sebagai berikut:
a.
Cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi siswa adalah cara mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri informasi
tersebut.
b.
Menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam
pembelajaran mereka sendiri.
c.
Mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
d.
Peran guru adalah memabantu siswa menemukan fakta,
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau
mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
e.
Mengajar siswa dikelas seharusnya merupakan salah satu
bentuk penerapan pemagangan kognitif. Artinya aktivitas sehari-hari di kelas
seharusnya ditandai dengan melibatkan siswa dengan tugas-tugas kompleks yang
benar-benar ada dalam kehidupan sehari-hari.
f.
Mengajarkan suatu bahan ajar tidak untuk menghasilkan
perpustakaan hidup tentang bahan ajar tersebut, namun lebih ditujukan untuk
melatihkan keterampilan berfikir untuk diri mereka sendiri . mengetahui adalah
suatu proses bukan suatu produk.
g.
Pembelajaran melalui penemuan merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstrutivis. Siswa didorong untuk terlibat aktif,
memiliki pengalaman, melakukan pengamatan atau percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan konsep-konsep dan prisip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
h.
Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru harus
mendorong dan memberi kesempatan siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang
dihadapinya atau memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan
mereka jawaban dari masalah yang dihadapi.
3.
Permen Diknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses
merupakan acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pemelajaran. RPP dijabarkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
Teknologi dan media yang kita
digunakan dalam pembelajaran akan menjadi efektif apabila ada “klik” atau pas
antara karakteristik pembelajarnya (audiens) dengan metode, media, dan bahan
yang digunakan. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya perencanaan
yang efektif. Perencanaan yang efektif
harus dimulai dengan perencanaan sistematik. Salah satu model yang ditawarkan sebagai langkah-langkah dalam proses
perencanaannya adalah model ASSURE. Dengan model ini diharapkan kita dapat
memilih jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran (walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk digunakan pada konteks yang lain, contoh : seminar,
penyuluhan, dll).
Analyze
Learners
Menganalisa
pembelajar adalah salah satu faktor yang wajib hukumnya untuk dilakukan sebelum
kita melaksanakan sebuah pembelajaran. Ada 3 hal yang semestinya
diperhatikan dalam menganalisa pembelajar :
1. Karakteristik
Umum
Yang termasuk dalam karakteristik
umum adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan faktor sosial
ekonomi. Karakteristik umum ini dapat digunakan untuk menuntun kita dalam
memilih metode dan media untuk pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila pembelajar…
a. memiliki
kemampuan membaca di bawah standar, maka akan lebih efektif jika media yang
digunakan adalah bukan dalam format tercetak (nonprint media).
b. kurang
tertarik terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan menggunakan media yang
memiliki tingkat stimuli yang tinggi, seperti : penggunaan video tape,
permainan simulasi, dll.
c. baru pertama
kali melihat atau mendapat konsep yang disampaikan, lebih baik menggunakan cara
atau pengalaman langsung (realthing). Bila sebaliknya, menggunakan
verbal atau visual saja sudah dianggap cukup.
d. heterogen,
lebih aman bila menggunakan media yang dapat mengakomodir semua karakteristik
pembelajar seperti menggunakan video tape.
2. Spesifikasi
Kemampuan Awal
Berhubungan dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki pembelajar sebelumnya. Informasi ini dapat kita temukan
bila kita memberikan entry test/entry behavior kepada pembelajar sebelum
kita melaksanakan pembelajaran. Hasil dari entry test ini dapat
dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu lagi
disampaikan kepada pembelajar.
3. Gaya Belajar
Gaya belajar berasal atau timbul
dari adanya kenyamanan yang kita rasakan (secara psikologis dan emosional) saat kita menerima
dan berinteraksi dengan lingkungan belajar, karena itu muncul modalitas dalam
belajar (audio, visual, dan kinestetik).
State Objectives
Perumusan
tujuan ini berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan
ABCD
A (audiens – instruksi yang kita ajukan
harus fokus kepada apa yang harus dilakukan pembelajar bukan pada apa yang
harus dilakukan pengajar), B (behavior – kata kerja yang mendeskripsikan
kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses
pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions – kondisi pada saat
performans sedang diukur), D (degree – kriteria yang menjadi dasar
pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar).
2.
Mengklasifikasikan Tujuan
Maksud dari mengklasifikasikan
tujuan disini adalah untuk menentukan pembelajaran yang akan kita laksanakan
lebih cenderung ke domain mana ? kognitif, afektif, psikomotor, atau
interpersonal.
3.
Perbedaan Individu
Berkaitan
dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang
diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki
kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan
dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap
individu)
Select Methods, Media,
and Material
Yang perlu digarisbawahi dalam point
ini adalah bahwa tidak ada satu metode yang lebih dari metode yang lain dan
tidak ada satu metode yang dapat
menyenangkan/menjawab kebutuhan pembelajar secara seimbang dan
menyeluruh.
Penggunaan media tidak harus
diidentikkan dengan barang yang mahal. Yang jelas sebelum memilih media kita
harus mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan
sampai media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam
pentransferan pengetahuan kepada pembelajar.
Materi/bahan yang kita gunakan dalam
proses pembelajaran, bisa yang sudah siap pakai, hasil modifikasi kita, atau
hasil desain baru. Bagaimanapun caranya kita
mengumpulkan materi, pada intinya adalah materi tersebut harus sesuai dengan
tujuan dan karakteristik si pembelajar.
Utilize Media and
Materials
Sebelum kita memanfaatkan media dan
bahan yang ada, alangkah bijaksananya jika kita melaksanakan “ritual” seperti :
1. mengecek
bahan (masih layak pakai atau tidak)
2. mempersiapkan
bahan
3. mempersiapkan
lingkungan belajar
4. mempersiapkan
pembelajar
5. menyediakan
pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)
Require Learner
Participation
Dalam mengaktifkan pembelajar di
dalam proses pembelajaran alangkah baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya.
Berikut adalah gambaran dari adanya sentuhan psikologis dalam proses
pembelajaran :
1. behavioris,
karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus
yang ditampakkan pembelajar.
2.
kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya
skema mentalnya.
3.
konstruktivis, karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih
berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap
aktivitas dalam proses pembelajaran.
4.
sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau
teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi
segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional.
Evaluate
and Review
Evaluasi dan mereview
adalah hal yang lazim dilakukan untuk melihat seberapa jauh media dan teknologi
yang kita pilih/gunakan telah menghasilkan tujuan yang telah kita tetapkan
sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan timbul pertanyaan : apakah media dan
teknologi yang kita pilih tetap bisa digunakan, dimodifikasi, ataupun tidak
digunakan sama sekali.
BAB III
RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
a.
Komponen RPP adalah :
1.
Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2.
Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3.
Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
4.
Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6.
Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7.
Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
8.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
9.
Kegiatan pembelajaran
a.
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1)
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran.
2)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
3)
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai
4)
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
b.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a)
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
b)
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c)
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik
serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
e)
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a)
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b)
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
c)
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d)
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif;
e)
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
f)
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g)
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil
kerja individual maupun kelompok;
h)
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
i)
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik,
b)
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
c)
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d)
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
e)
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
f)
membantu menyelesaikan masalah;
g)
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
h)
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
i)
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif.
c.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Dalam kegiatan penutup, guru:
1.
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
2.
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
3.
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
4.
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik;
5.
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
d.
Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
e.
Sumber belajar
f.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kom petensi.
g.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
C.
Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam
Matematika
Ini salah
satu contoh terapan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai teori
konstruktivis dalam materi Sistem Persamaan Linear Dua veubah. Biasanya dalam
pembelajaran materi SPLDV, guru mengunakan model pembelajaran langsung (Direc
Instruction). Diawal pembelajaran, guru memberikan pengertian atau definisi
SPLDV, memberi contoh dan non-contoh , menjelaskan pengertian ”penyelesaian
dari SPLDV”, kemudian menjelaskan cara menyelesaikan SPLDV, dalam menjelaskan
cara menyelesaikan SPLDV, guru menginformasikan pada siswa bahwa ada empat cara
untuk menyelesaikan SPLDV, yaitu cara grafik, metode eliminasi, metode
substitusi dan metode gabungan eliminasi dan substitusi. Cara itu diterima saja
oleh siswa tanpa pertanyaan’ kenapa caranya begitu?””kenapa namanya elminasi?”
” kenapa namanya substitusi?” guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk
menemukan cara itu secara mendiri. Untuk cara eliminasi dan substitusi dapat
diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan teori
konstruktivis, adapun langkah –langkah model pembelajaran berdasarkan masalah
(PBI) sebagai berikut:
Tabel Sintak
Model PBI FASE dan PERILAKU GURU:
1.
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran,logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
2.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan megorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan tugas belajar tersyaebut
3.
Membimbing Penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi Yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi Yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
5.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-prosesyang mereka gunakan.
Berikut ini disusun RPP sesuai dengan Permendiknas nomor 41 (2007) tentang
standar proses.dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masa
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
(RPP)
1.
Identitas mata pelajaran
Satuan Pendidikan : SMP Negeri .....
Kelas / semester : VIII/ Satu
Mata Pelajaran : Matematika
Jumlah Pertemuan : 1
Satuan Pendidikan : SMP Negeri .....
Kelas / semester : VIII/ Satu
Mata Pelajaran : Matematika
Jumlah Pertemuan : 1
2.
Standar Kompetensi :
Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah
3.
Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan sistem
persamaan ` linear dua variabel
4.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
a. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode
eliminasi.
b. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Veubah dengan metode substitusi
c. Menemukan
cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Veubah dengan metode gabungan
eliminasi dan substitusi.
5.
Tujuan Pembelajaran
a. Setelah
diskusi siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel dengan metode eliminasi.
b. Setelah
tanya jawab siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel.dengan metode substitusi
c. Setelah
diskusi siswa dapat menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel dengan metode gabuangan metode eliminasi dan substitusi.
6.
Materi Ajar
a. Menyelesaikan
soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.dengan
menggunakan langkah :
1)
menyatakan persoalan dalam model matematika.
2)
menyelsaikan persamaan yang diperoleh pada langkah a
dengan salah satu metode.
7.
Alokasi Waktu :
2 x 40 Menit
8.
Kegiatan Pembelajaran.
a.
Model
Pembelajaran : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI)
b.
Metode Pembelajaran :
1)
Diskusi
2)
Tanya jawab
3.
Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan ( 10 menit)
A. Pendahuluan ( 10 menit)
- Guru
mengkondisikan siswa ( orientasi siswa untuk belajar), lalu menuliskan
topik pembelajaran yang hendak di pelajari
- Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak di capai.
- Sebagai
motivasi guru menjelaskan manfaat belajar Sistem persamaan linear dua
veubah
- Sebagai
apersepsi (memfokuskan perhatian siswa) dengan cara tanya jawab berkaitan
dengan masalah persamaan linear satu veubah, seperti pada soal ini: aku
adalah sebuah bilangan, jika aku dikalikan dua kemudian dikurangi tujuh,
maka akan menjadi sebelas. Bilangan berapakah aku? Bagaimana cara
menjawabnya?
B. Kegiatan
Inti (50 menit)
* Tahap eksplorasi ( 15 menit)
1.Orientasi Siswa pada Masalah
* Tahap eksplorasi ( 15 menit)
1.Orientasi Siswa pada Masalah
- Siswa
di beri masalah kontekstual seperti Dua kaleng berisi kelereng. Banyak
seluruh kelereng adalah 75 sedangkan selisih banyak kelereng adalah 21
berapa banyak kelereng di setiap kaleng.
- Meminta
beberapa siswa untuk menceritakan kemabali masalahnya
- Siswa
bebas berekspresi dengan caranya masing-masing menyelesaikan masalah
tersebut.
* Tahap
Elaborasi ( 25 menit)
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Siswa
dibagi dalam kelompok kecil yang anggotanya 3-4 orang
- Siswa
diberi lembar kegiatan untuk dibahas dalam kelompoknya yang berisikan dua
masalah autentic yang mungkin mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
- Guru
memfasilitasi siswa menyampaikan strategi (logistik) yang digunakan dalam
memecahkan masalah.dan menginformasikan cara yang mereka temukan dikaitkan
dengan arti dari nama istilah tersebut.
3. Membimbing
penyelidikan kelompok..
- Siswa
di beri dorongan dalam melakukan penyelidikan kelomponya
- Guru
senantiasa mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang
kelayakan pemecahan masalahnya atau untuk menggali apa yang difikirkan
siswa
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
- Siswa
merencanakan dan menyiapkan hasil kerja kelompoknya untuk di prsentasikan
didepan kelas.
- Guru
meminta kelompok menyajikan hasilnya..
* Tahap
konfirmasi (10 menit)
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Bagi
kelompok yang menjawab benar diberi penghargaan berupa pujian.sebagai
penguatan dalam proses pembelajaran
- Guru
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka
sendiri, misalya dengan cara seperti berikut:
- Guru
meminta siswa menulis reflesi berkaitan dengan hal berikut:
a. Kapan
pertama kali kamu mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi asalah yang
diberikan ?
b. Kapan kamu berasa yakin dengan pemecahan masalah mu?
c. Mengapa kamu dapat menerima penjelasan dari temanmu
d. Mengapa kamu menolak beberapa penjelasan?
e. Apakah kamu akan melakukan cara yang lain dalam menyelesaikan masalah ini?
b. Kapan kamu berasa yakin dengan pemecahan masalah mu?
c. Mengapa kamu dapat menerima penjelasan dari temanmu
d. Mengapa kamu menolak beberapa penjelasan?
e. Apakah kamu akan melakukan cara yang lain dalam menyelesaikan masalah ini?
- Memberikan
motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
C. Penutup (5 menit)
- Guru
bersama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman dari materi yang sudah
dipelajari.
- Guru
melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dengan cara menanyakan kesan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang baru selesai.
- Guru
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
D. Penilaian
hasil belajar (15 menit)
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Penilaian : Uraian
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Penilaian : Uraian
Instrumen Soal :
- Ibu
Rini akan membelikan anaknya celana pendek dan kaos. Ia pergi ke toko
pakaian. Pemilik toko menjelaskan kepada ibu Rini bahwa harga 5 celana
pendek dan 3 kaos adalah Rp. 120.000,00, sedangkan harga 3 celana pendek
dan 5 kaos adalah Rp. 136.000,00.Berpakah harga sebuah celana pendek dan
sebuah kaos ?
- Sebuah
toko menyimpan persediaan beras dan jagungnya di dalam gudang. Beras dan
jagung itu dimasukkan dalam karung. Setiap karung beras beratnya sama dan
setiap karung jagung juga beratnya sama . berat dua karung beras bersama
satu karung jagung adalah 172 kg. Berat tiga karung beras bersama satu karung
jagung adalah 232 kg. Berapakah berat satu karung beras dan satu karung
jagung ?
10. Sumber Belajar:
Buku Matematika kela VIII
LKS
Kunci Jawaban dan penskoran
No
Alternatif Solusi jawaban Skor
Soal No. 1
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
3 C + 5 K = Rp 136.000,00
Pers 1 kalikan dengan 5 dan pers 2 kali kan dengan 3.
25 C + 15 K = Rp 600.000,00
9 C + 15 K = Rp 408.000,00
____________________________ -
16 C = Rp 192.000,00
C = Rp 12.000,00
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
5. Rp.12.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Buku Matematika kela VIII
LKS
Kunci Jawaban dan penskoran
No
Alternatif Solusi jawaban Skor
Soal No. 1
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
3 C + 5 K = Rp 136.000,00
Pers 1 kalikan dengan 5 dan pers 2 kali kan dengan 3.
25 C + 15 K = Rp 600.000,00
9 C + 15 K = Rp 408.000,00
____________________________ -
16 C = Rp 192.000,00
C = Rp 12.000,00
5 C + 3 K = Rp 120.000,00
5. Rp.12.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00
Rp 60.000,00 – Rp 60.000,00 + 3 K = Rp 120.000,00 – Rp 60.000,00 = Rp
60.000,00
3 K = Rp 60.000,00 K = Rp 20.000,00 harga satu celana Rp 12.000,00 20.000,00
3 K = Rp 60.000,00 K = Rp 20.000,00 harga satu celana Rp 12.000,00 20.000,00
jadi harga satu celana dan satu kaos Rp 32.000,00
Soal No.2
3 KB + 1 KJ = 232.Kg
2 KB + 1 KJ = 172.Kg
___________________ -
1 KB = 60 Kg 3 x 60 Kg + 1 KJ = 232 Kg 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg180 Kg – 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg- 180 Kg1 KJ = 52.Kg.
1 KB = 60 Kg 3 x 60 Kg + 1 KJ = 232 Kg 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg180 Kg – 180 Kg + 1 KJ = 232 Kg- 180 Kg1 KJ = 52.Kg.
Berat satu karung beras adalah 60 Kg Berat
satu Karung jagung adalah 52 Kg
Jadi berat satu karung beras dan satu karung jagung adalah 112Kg.
Jumlah:
Jumlah:
NA = skor yang diperoleh : skor maksimum x 100
Mengetahui Indralaya, 10 Juni 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
( ............................) ( ...................................)
NIP NIP
Mengetahui Indralaya, 10 Juni 2009
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
( ............................) ( ...................................)
NIP NIP
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Nama :
Kelas :
Kompetensi Dasar: 2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan
cara eliminasi.
2.Menemukan cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan cara substitusi
Permasalahan:
1.
Menjelang tahun ajaran baru, Ali akan membeli dua
pasang sepatu yaitu sepatu olahraga dan sepatu kulit. Harga dua pasang sepatu
olahraga dan tiga pasang sepatu kulit adalah Rp. 192.000,00
b. Berapa harga empat pasang sepatu olahraga dan enam pasang sepatu kulit?
c. Mungkinkah sepasang sepatu kulit harganya Rp 65.000,00?
Mengapa?
d. Mungkinkah sepasang sepatu olahraga harganya Rp97.000,00?
Mengapa?
e. Berapakah harga yang mungkin untuk sepasang sepatu olahraga dan harga sepasang sepatu kulit jika masing-masing harganya lebih dari Rp 20.000,00
Jawaban:...............................................
b. Berapa harga empat pasang sepatu olahraga dan enam pasang sepatu kulit?
c. Mungkinkah sepasang sepatu kulit harganya Rp 65.000,00?
Mengapa?
d. Mungkinkah sepasang sepatu olahraga harganya Rp97.000,00?
Mengapa?
e. Berapakah harga yang mungkin untuk sepasang sepatu olahraga dan harga sepasang sepatu kulit jika masing-masing harganya lebih dari Rp 20.000,00
Jawaban:...............................................
2.
Hari minggu yang akan datang adalah hari ulang tahun
Agus. Anis akan memberikan hadiah ulang tahun untuk Agus. Untuk itu Anis pergi
ke toko mainan. Anis ingin membeli mobil-mobilanatau pistil-pistolan . Harga
dua buah mobil-mobilan dan dua buah pistol-pistolan adalah Rp 44.000,00.
sedangkan harga sebuah mobil-mobilan dan tiga buah pistol-pistolan adalah Rp
30.000,00.
Berapa harga satu buah mobil-mobilan dan harga satu buah pistol-pistolan ?
Jawaban:..............................
Berapa harga satu buah mobil-mobilan dan harga satu buah pistol-pistolan ?
Jawaban:..............................
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional,
2005. Pendekatan Pembelajaran Matematika. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta.
------------------------------------------, 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem penilaian Barbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta..
Junaidi Samsul, 2004. Membangun Kompetensi Matematika SMP untuk Kelas VII. Surabaya.
Nur Muhammad, 2002. Butir-butir Penting Pandangan Belajar Menurut Teori Konstruktivis. Surabaya.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 41, 2007. Tentang Standar Proses. Jakarta.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 22, 2007. Tentang Standar Isi. Jakarta.
Silaiman, 2002. Makalah Konstruktivis Suatu Alternatif Dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Surabaya.
Sagala Syaiful, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit Alfabeta Bandung.
Sanjaya Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung
------------------------------------------, 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem penilaian Barbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta..
Junaidi Samsul, 2004. Membangun Kompetensi Matematika SMP untuk Kelas VII. Surabaya.
Nur Muhammad, 2002. Butir-butir Penting Pandangan Belajar Menurut Teori Konstruktivis. Surabaya.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 41, 2007. Tentang Standar Proses. Jakarta.
Peraturan Menteri Republik Indonesia, Nomor 22, 2007. Tentang Standar Isi. Jakarta.
Silaiman, 2002. Makalah Konstruktivis Suatu Alternatif Dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Surabaya.
Sagala Syaiful, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit Alfabeta Bandung.
Sanjaya Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)