Senin, 21 Mei 2012

Penelitian Tindakan Kelas


http://matcuoi.com
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Landasan Konseptual Penggunaan Penelitian Tindakan

1.      Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa inggris Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
a.      Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.      Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c.       Kelas
Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang terjadi, mengamati hasil dari proses, mengadakan pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan kelas, dan sebagainya.

2.      Prinsip Penelitian Tindakan
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang dilakkan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
b.      Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
Penelitian tindakan dilakukan bukan karena paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasil yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan.

c.       SWOT sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas S-strength (kekuatan), W-weaknesses (kelemahan), O-opportunity (kesempatan), T-threat (ancaman). Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Kesempatan dan ancaman, diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subjek yang dikenal tindakan.

d.      Upaya Empiris dan Sistematik
Dengan dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.

e.       Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART, tindakan yang dipilih peneliti harus:
S   - Spesific, khusus, tidak terlalu umum.
M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
A    - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
R  - Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan
T  - Time-bound, diikuti oleh waktu, terencana

3.      Ciri-ciri Penelitian Tindakan
a.      Ciri-ciri Umum
Secara umum penelitian tindakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Cohen dan Manion, 1980; Burns, 1999):
1)      Situsional, kontekstual, berskala kecil, praktis, teralokasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja.
2)      Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis.
3)      Fleksibel dan adaptif, dan oleh karenanya memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di tempat pelaksanaan.
4)      Partisipatori karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya.
5)      Self-evaluation, yaitu modifikasi secara keseluruhan yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan praktek dengan cara tertentu.
6)      Perubahan dalam praktek didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7)      Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis.

b.      Ciri-ciri Khusus
Ciri-ciri khusus dari penelitian tindakan yang diidentifikasi
1)      Segi Komitmen
Dalam penelitian tindakan ada komitmen pada peningkatan pendidikan.
2)      Segi Maksud
Dalam penelitian tindakan ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan prktek seseorang dan untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.
3)      Segi Pusat Wacana
Dalam penelitian tindakan kata ganti “saya” atau “kami”, yang mewakili seseorang atau sepasang/sekelompok peneliti tindakan, merupakan pusat dari penelitian.
4)      Jenis Tindakan
Pada penelitian tindakan melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud.
5)      Pemantauan
Dalam penelitian tindakan dilakukan pemantauan sistematik untuk menghasilkan data yang valid.
6)      Deskripsi Otentik Tindakan dan Penjelasannya
Penelitian tindakan melibatkan deskripsi otentik tentang tindakan.
7)      Perlunya Validasi Pernyataan yang dibuat Peneliti
Dalam penelitian tindakan dilakukan penjelasan tentang tindakan.
8)      Cara baru Mempresentasikan Penelitian
Dalam penelitian tindakan terdapat cara baru mempresentasikan penelitian. Dalam penelitian tindakan teori praktek pribadi seseorang disajikan selama penelitian berlangsung, dan muncul sebagai pernyataan tentang pengalaman manusia.
9)      Perlunya Validasi Pernyataan
Klaim yang dibuat dalam penelitian tindakan perlu divalidasi.

4.      Kaitan Penelitian Tindakan dengan Penelitian Model Lain
Jika dibandingkan dengan penelitian deskriptif atau eksperimen, penelitian tindakan berada di ujung depan.
a.       Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang diteliti, misalnya kondisi sesuatu atau kejadian, disertai dengan informasi tentang faktor penyebab sehingga mungkin muncul kejadian yang dideskripsikan secara rinci, urut, dan jujur.
b.      Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis yang dilandasi dengan asumsi yang kuat akan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel.

Kesimpilan:
Jika dibandingkan dengan penelitian lain, penelitian tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian tindakan bukan lagi mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti langsung menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya mengikuti setiap langkah proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.

5.      Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Tindakan
a.      Kelebihan Penelitian Tindakan
1)      Kerjasama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki.
2)      Kerjasama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemiiran kritis.
3)      Melalui kerjasama kemungkinan untuk berubah meningkat.
4)      Kerjasama dalam penelitian tindakan meningkatkan kesepakatan.
b.      Kelemahan Penelitian Tindakan
1)      Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti, sehingga penelitian menjadi tidak lazim.
2)      Penelitian tindakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3)      Kesulitan lain berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4)      Kesulitan mengajak orang untuk melakukan perubahan.
5)      Kesulitan yang lain berkenaan dengan tuntutan bahwa peneliti tindakan harus meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi, dan teknik yang ditelitinya benar-benar berjalan secara efektif.

B.       Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru
Beberapa hal dibawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan penelitian tindakan yang dilakukan guru oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan guru.
1.      Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.      Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, objektif, dan sistematis.
3.      Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4.      Penelitian tindakan terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5.      Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.
6.      Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

C.      Sasaran atau Objek Penelitian Tindakan Kelas
Objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam atau tanpa gerak.
1.      Unsur Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/ lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengiuti kerja bakti di luar sekolah.
2.      Unsur Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas.
3.      Unsur Materi Pelajaran, dapat dicemati dalam GBPP dan yang sudah dikembagkan dalam rencana tahunan, semesteran, dan Analisis materi pelajaran.
4.      Unsur Peralatan atau Sarana Pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan laboratorium.
5.      Unsur Hasil Pembelajaran, dikarenakan hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain.
6.      Unsur Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya.
7.      Unsur Pengelolaan, misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, pnempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, pengontrolan peralatan secara rutin menggunakan model regu yang dipantau oleh ketua regu, dan sebagainya.

D.      Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
·         Identifikasi masalah
·         Analisis masalah
·         Rumusan masalah
·         Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
1.      Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2.      Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3.      Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4.      Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
5.      Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
  1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
  2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
  3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya : a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
  4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

BAB III
PENUTUP

Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.


3 komentar: