BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu faktor determinan kualitas SDM. Akses setiap guru untuk
meningkatkan kapasitas diri dengan mengikuti perkuliahan di pendidikan tinggi
harus dibuka seluas-luasnya karena pendidikan merupakan hak asasi warganegara.
Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan, mengadaptasi dan menyebarkan ilmu
pengetahuan.
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) merupakan sistem yang menggabungkan konsep pendidikan terbuka dengan metode pendidikan secara jarak jauh. Konsep pendidikan terbuka (open education atau open learning) pada dasarnya merupakan suatu tujuan atau cita-cita kebijakan mengenai sistem pendidikan.
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) merupakan sistem yang menggabungkan konsep pendidikan terbuka dengan metode pendidikan secara jarak jauh. Konsep pendidikan terbuka (open education atau open learning) pada dasarnya merupakan suatu tujuan atau cita-cita kebijakan mengenai sistem pendidikan.
Konsep ini
menekankan pentingnya keluwesan sistem, terutama dalam meniadakan kendala
tempat, waktu, dan aspek yang disebabkan oleh karakteristik mahasiswa seperti
misalnya keadaan ekonomi (Bates, 1995). Perkembangan pemikiran tentang PJJ
sebagai alternatif metode pendidikan, perkembangan ideologi mengenai pentingnya
interaksi dalam PJJ untuk menjamin kualitas pendidikan yang tinggi, serta
pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat yang
memungkinkan tercapainya suatu sistem pendidikan tanpa restriksi dan oleh karenanya
menjadi lebih terbuka.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapamasalah,yaitu:
1.
Bagaimana perkembangan batasan Pendidikan Terbuka/Jarak
Jauh (PT/JJ) ?
2.
Bagaimana proses perubahan Pendidikan Jarak Jauh
Menuju Pendidikan Terbuka ?
3.
Bagaimana cara meningkatkan keterbukaan dengan cara
merancang sistem dan pemanfatan teknologi ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Belajar Jarak Jauh.
2.
Makalah ini dibuat untuk memberi pemahaman kepada
pembaca tentang perkembangan pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Perkembangan batasan Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh (PT/JJ)
Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh itu sudah timbul bertahun-tahun sebelum bangsa Indonesia
mengenalnya. Pengertian atau batasan PT/JJ itu berkembang dari waktu ke waktu.
Keegan (1986) mencatat perkembangan batasan yang dibuat oleh berbagai ahli
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh dan menyusunnya secara kronologis. Pada tahun
1967, misalnya, G. Dogmen membuat batasan mengenai PT/JJ bahwa Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh adalah sistem pendidikan yang menekankan pada cara belajar
mandiri (self study). Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis.
Pada cara
belajar ini penyajian bahan belajar, pemberian konsultansi kepada siswa, dan
pengawasan serta jaminan keberhasilan siswa dilakukan oleh tim guru.
Masing-masing guru mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Menurut dia,
PT/JJ itu merupakan kebalikan dari “pendidikan langsung” atau “pendidikan
secara tatap muka antara siswa dan guru”. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
menurut Dogmen ciri-ciri PT/JJ adalah: ada organisasi yang mengatur cara
belajar mandiri itu, bahan belajar disampaikan melalui media, tidak ada kontak
langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pada tahun 1968, G. Mackenzie,
E. Christensen, dan P. Rigby mengatakan bahwa sekolah korespondensi sebagai
salah satu bentuk PT/JJ merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara peserta didik (siswa)
dengan pendidik (guru). Menurut mereka karakteristik PT/JJ adalah sebagai
berikut:
1.
Siswa dan guru bekerja secara terpisah.
2.
Siswa dan guru dipersatukan melalui korespondensi.
3.
Perlu adanya interaksi antara siswa dan guru.
4.
Pada tahun 1971 di Perancis ada undang-undang yang
mengatur penyelenggaraan PT/JJ.
Hukum tersebut memuat batasan bahwa Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh itu merupakan bentuk pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada siswanya untuk belajar secara terpisah dari gurunya. Pertemuan antara
guru dan siswa hanya dilakukan kalau ada peristiwa yang istimewa atau untuk
melakukan tugas-tugas tertentu saja.
Menurut
batasan di atas ada dua ciri utama yang menonjol, yaitu terpisahnya guru dengan
siswa adanya kemungkinan untuk acara pertemuan atau pelajaran secara tatap muka
tertentu antara guru dan siswanya. Pada tahun 1973 O. Peter memberikan batasan
pada PT/JJ bahwa Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah metode penyampaian ilmu,
keterampilan, dan sikap yang dipengaruhi cara-cara mengelola suatu industri.
Seperti halnya dalam industri, sistem PT/JJ dikembangkan dan dikelola dengan
mengadakan pembagian tugas yang jelas antara yang mengembangkan, yang memproduksi,
yang mendistribusikan bahan belajar,.dan yang mengelola kegiatan belajar
mengajar. Seperti halnya dalam industri, bahan belajar yang berupa program
media diproduksi dalam jumlah besar dengan menggunakan teknologi yang maju dan
kemudian didistribusikan kepada pengguna secara luas. Bahan belajar yang
diproduksi dalam jumlah besar dengan mutu yang tinggi itu telah memberi
kemungkinan untuk membelajarkan siswa dalam jumlah besar pada saat yang sama di
mana pun mereka berada. Metode seperti itu dapat disebutkan sebagai
mengindustrialisasikan cara belajar dan mengajar.
Batasan di
atas mengandung beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.
Digunakannya media teknologi yang diproduksi dalam
jumlah besar dengan mutu yang tinggi.
2.
Pendidikan dapat diberikan secara massal.
3.
Yang merancang, mengembangkan, meproduksi, membagikan
bahan belajar dan yang mengelola kegiatan belajar mengajar orang yang
berbeda-beda.
Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1973 dan diulang
lagi pada tahun 1977, M. Moore mengajukan batasan PT/JJ bahwa Pendidikan
Terbuka/Jarak Jauh merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara terpisah dari kegiatan mengajarnya, sehingga
komunikasi antara siswa dan guru harus dilakukan dengan bantuan media cetak,
elektronik, mekanis, dan peralatan lainnya. Yang menonjol dalam batasan Moore
itu adalah terpisahnya siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan digunakannya
media untuk komunikasi antara siswa dan guru. Pada tahun 1977, B. Holmeberg
memberikan batasan bahwa dalam sistem PT/JJ siswa belajar tanpa mendapatkan
pengawasan langsung secara terus menerus dari tutor yang hadir di ruang belajar
atau di lingkungan sekolah, namun demikian siswa mendapat keuntungan dari
perencanaan, bimbingan, dan pembelajaran dari suatu lembaga yang
mengorganisasikan PT/JJ itu.
Yang menjadi
fokus dari batasan Holmberg adalah bahwa siswa dan guru bekerja secara terpisah
dan adanya perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh sesuatu lembaga
pendidikan yang mengatur PT/JJ itu. Setelah tahun 1997 batasan PT/JJ itu masih
terus berkembang. Ciri-ciri yang menonjol selama masa perkembangan itu adalah
terpisahnya siswa dan guru, adanya lembaga yang mengelola, digunakannya media
untuk menyampaikan isi pelajaran, adanya komunikasi dua arah antara siswa dan
guru, dan tidak adanya kelompok belajar yang tetap. Pada tahun 1980 Peter
melontarkan kembali tambahan ciri pada PT/JJ yang mengatakan bahwa PT/JJ
seolah-olah dikelola seperti industri. Pendapat Peter ini ada yang mendukung,
tetapi juga ada yang tidak dapat menerima. Di antara yang menolak teori
industrialisasi itu adalah Baath. Dia mengatakan bahwa teori industrialisasi
itu tidak dapat diterapkan pada PT/JJ yang kecil, dan PT/JJ yang tidak
menggunakan bahan belajar yang diproduksi dalam jumlah besar. Karena itu
batasan Peter itu tidak dapat dimasukkan ke dalam batasan umum sistem PT/JJ.
Banyaknya lembaga PT/JJ dan banyaknya batasan mengenai PT/JJ itu telah
mendorong para ahli untuk terus mengadakan penelitian dan analisis.
Menurut
Keegan (1980) para peneliti itu pada akhirnya menyimpulkan batasan bahwa
Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh adalah suatu bentuk pendidikan yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1.
Dalam sistem PT/JJ siswa dan guru bekerja secara terpisah sepanjang
proses belajar itu. Ini berarti bahwa siswa harus dapat belajar secara mandiri.
Bantuan belajar yang diperoleh dari orang lain sangat terbatas. Ciri ini membedakan
PT/JJ dari pendidikan konvensional yang memberikan pelajaran secara tatap muka.
2.
Dalam sistem PT/JJ ada lembaga pendidikan yang
merancang dan menyiapkan bahan belajar, serta memberikan pelayanan bantuan
belajar kepada siswa. Adanya lembaga pendidikan ini membedakan sistem PT/JJ
dari proses belajar sendiri (private study) atau teach yourself programmes.
Jadi kalau Anda membeli buku di toko dan kemudian belajar sendiri sehingga Anda
memahami benar isi buku itu, itu tidak berarti bahwa Anda telah mengikuti
sistem PT/JJ .
Dalam sistem PT/JJ, pelajaranð (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) disampaikan kepada siswa melalui media seperti media cetak, radio, kaset audio, TV, kaset video, slide, CD-ROM (program video dalam piringan kecil) dan sebagainya. Kecuali berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan isi pelajaran, media juga merupakan alat penghubung atau alat komunikasi antara siswa dan guru.
Dalam sistem PT/JJ, pelajaranð (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) disampaikan kepada siswa melalui media seperti media cetak, radio, kaset audio, TV, kaset video, slide, CD-ROM (program video dalam piringan kecil) dan sebagainya. Kecuali berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan isi pelajaran, media juga merupakan alat penghubung atau alat komunikasi antara siswa dan guru.
3.
Dalam sistem PT/JJ ada usaha untuk terjadinya
komunikasi dua arah antara siswa dan guru atau antara siswa dengan lembaga
penyelenggara, atau antara siswa dengan siswa lain. Inisiatif untuk
berkomunikasi itu bukan hanya datang dari guru atau lembaga, tetapi dapat juga
datang dari siswa. Ciri ini membedakan PT/JJ dari program siaran radio atau TV
pendidikan yang hanya menyiarkan program-program pendidikan tanpa menjalin
hubungan dua arah dengan pendengar atau penonton.
4.
Dalam sistem PT/JJ tidak ada kelompok belajar yang
bersifat tetap sepanjang masa belajarnya. Karena itu siswa PT/JJ menerima
pelajaran secara individual bukannya secara kelompok. Sekali waktu memang dapat
dilakukan pertemuan kelompok siswa yang mempelajari mata pelajaran yang sama
untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran atau sekedar untuk
bersosialisasi.
B.
Dari
Pendidikan Jarak Jauh Menuju Pendidikan Terbuka
Beragam
kemudahan yang diberikan oleh teknologi juga telah memicu pemikiran yang lebih
luas tentang PJJ. Konsep keterpisahan fisik antara kegiatan mengajar dengan
kegiatan belajar pada metode PJJ telah membuka kemungkinan pemanfaatan sarana
pendidikan secara lebih luas. Dengan tidak dilakukannya kegiatan mengajar dan
belajar dalam waktu yang bersamaan, maka: (1) rasio ideal dosen-mahasiswa yang
biasanya membatasi daya serap suatu program pendidikan dan (2) dinding kelas
yang biasanya membatasi daya tampung program pendidikan dapat diabaikan. Kedua
hal ini secara drastis mengubah fenomena pendidikan yang sifatnya tertutup
menjadi lebih terbuka dalam arti fisik dan identifikasi pendidikan dengan ruang
kelas menjadi mengabur.
Fenomena sosial ekonomi yang berkembang di masyarakat dalam empat dekade terakhir juga telah menyebabkan pergeseran dalam pola kebutuhan akan pendidikan. Bila pada era masyarakat industri, sistem ini hanya merupakan jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil, maka pada era pasca industrialisasi (post-industial society) ini telah jauh berkembang kearah peningkatan kualitas hidup manusia.
Fenomena sosial ekonomi yang berkembang di masyarakat dalam empat dekade terakhir juga telah menyebabkan pergeseran dalam pola kebutuhan akan pendidikan. Bila pada era masyarakat industri, sistem ini hanya merupakan jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil, maka pada era pasca industrialisasi (post-industial society) ini telah jauh berkembang kearah peningkatan kualitas hidup manusia.
Pada era
pasca industri, tujuan pendidikan masyarakat secara umum lebih berorientasi
pada self-realization (pencarian diri) dan pemenuhan kebutuhan personal seperti
untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenikmatan hidup (Peters, 1993). Kebutuhan
akan pendidikan tidak lagi hanya pada saat usia tertentu, tetapi menjadi
kebutuhan yang berkelanjutan. Pendidikan kemudian tidak dipandang sebagai
sesuatu yang terbatas pada individu usia ‘sekolah’. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin populernya program-program pendidikan lanjutan non-formal maupun
informal yang pada umumnya menawarkan program-program studi yang bersifat
leisure dan tidak berakreditasi.
Disamping
itu, pesatnya perkembangan teknologi dan industri jasa juga mengakibatkan
perubahan jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja
(Peters, 1999). Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pendidikan
profesional yang berkelanjutan (professional continuing education). Dengan
demikian, konsep PJJ sebagai sekedar distance training telah berubah menjadi
continuing education. Sistem PJJ kemudian menjadi tampak sebagai suatu metode
yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai tujuan pendidikan, seperti tujuan
peningkatan keterampilan profesi, pengembangan hobi, maupun pencarian identitas
diri. Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia dan Cina, dimana
masyarakatnya banyak yang hidup dalam ekonomi terbatas dan di daerah pedesaan
yang terisolasi, sistem PJJ juga merupakan metode pendidikan yang dianggap
mampu untuk memberikan kesempatan kedua (second chance) bagi masyarakat yang
tidak dapat mengikuti pendidikan dengan sistem tatap muka.
Fenomena ini
telah menyuburkan perluasan sudut pandang mengenai sistem PJJ, dari sekedar
suatu alternatif metode pembelajaran menjadi suatu sistem yang dapat
meningkatkan keterbukaan pendidikan, suatu sistem yang dapat meminimalkan
restriksi waktu, tempat, dan kendala ekonomi maupun demografi (seperti usia)
seseorang untuk memperolehpendidikan.
C. Meningkatkan Keterbukaan Dengan Cara Merancang Sistem
dan Pemanfatan Teknologi
Namun
demikian, walaupun konsep pendidikan terbuka telah didengungkan dan
dimasyarakatkan, belum ada penyelenggaraan PJJ yang seratus persen terbuka.
Pada prakteknya, kebanyakan institusi yang menawarkan program PJJ masih tetap
memberlakukan aturan yang mengurangi keterbukaan, terutama apabila institusi
tersebut memberikan akreditasi bagi lulusannya. Sistem PJJ ini dapat
ditingkatkan keterbukaannya dengan merancang sistem pembelajaran secara lebih
fleksibel (Belawati,1999) seperti misalnya melalui cara :
1.
Open entry – open exit system:ð artinya
setiap individu boleh memulai dan menyelesaikan proses pendidikannya kapan saja
sesuai dengan kondisi masing-masing.
2.
No selection
criteria: artinya setiap orang yang mendaftar akan diterima sepanjang mempunyai
kualifikasi dasar minimal yang dapat menunjang proses pendidikan yang
diikutinya. Misalnya,tidak ada batas usia, tidak ada batas tahun ijazah
terakhir.
3.
No separation criteria: artinya setiap individu boleh
melakukan registrasi secara terbuka, apakah untuk suatu program penuh (seperti
program sertifikat, diploma, ataupun sarjana) atau untuk mata kuliah tertentu
saja. Sistem registrasi terbuka ini juga harus memungkinkan mahasiswa menabung
kredit matakuliahnya sehingga jika mau suatu waktu dapat diakumulasikan untuk
suatu program utuh.
Dengan kata lain, perancangan sistem penyelenggaraan yang memperhatikan ketiga butir di atas akan meningkatkan keterbukaan program PJJ yang ditawarkan. Perancangan sistem yang terbuka seperti contoh di atas telah banyak dilakukan oleh institusi-institusi PJJ di luar negeri, terutama oleh institusi yang menawarkan programnya melalui jaringan internet (web-based courses). Semakin meningkatnya trend penawaran program PJJ melalui internet ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat (yang mencerminkan kebutuhan masyarakat) akan pendidikan sangatlah tinggi. Dalam sejarah penggunaan teknologi untuk kepentingan pendidikan, PJJ selalu yang terdepan dan saat ini telah memasuki generasi kelima, yaitu generasi yang mengeksploitasi kemampuan teknologi internet dan jaringan (Taylor, 2000).
BAB III
Dengan kata lain, perancangan sistem penyelenggaraan yang memperhatikan ketiga butir di atas akan meningkatkan keterbukaan program PJJ yang ditawarkan. Perancangan sistem yang terbuka seperti contoh di atas telah banyak dilakukan oleh institusi-institusi PJJ di luar negeri, terutama oleh institusi yang menawarkan programnya melalui jaringan internet (web-based courses). Semakin meningkatnya trend penawaran program PJJ melalui internet ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat (yang mencerminkan kebutuhan masyarakat) akan pendidikan sangatlah tinggi. Dalam sejarah penggunaan teknologi untuk kepentingan pendidikan, PJJ selalu yang terdepan dan saat ini telah memasuki generasi kelima, yaitu generasi yang mengeksploitasi kemampuan teknologi internet dan jaringan (Taylor, 2000).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan terbuka dan jarak jauh
sebagai suatu konsep merupakan hasil perkembangan konsep dan praktek PJJ yang
berakar pada correspondence study di era masyarakat industri.Sistem PJJ, baik
yang dilandasi paradigma akses maupun kualitas(interaksi), mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan masyarakat pada era pasca-industri.
Pada era ini, kebutuhan masyarakat pendidikan lebih berorientasi pada
self-realization dan pemenuhan kebutuhan personal. Disamping itu, pesatnya
perkembangan teknologi juga meningkatkan kebutuhan akan pendidikan profesional
yang berkelanjutan. Perubahan orientasi pendidikan pada pendidikan yang
berkelanjutan ini melahirkan konsep pendidikan yang lebih terbuka yang dapat
mengakomodasi proses belajar sepanjang hayat dan bagi semua. Teknologi
informasi dan komunikasi yang kian berkembang merupakan salah satu prasarana
yang dapat meningkatkan intensitas interaksi dalam proses belajar jarak jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, A.W. 1995. Technology, open learning, and
distance education. New York:Routledge.
Belawati, T. 1999. Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh: Suatu reformasi pola pikir.
Sudjana, D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production
http://aristohadi.wordpress.com
Belawati, T. 1999. Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh: Suatu reformasi pola pikir.
Sudjana, D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production
http://aristohadi.wordpress.com
:-bd
BalasHapus